akhirnya amarahku pun mengangguk
menyetubuhi dentuman ego mu
kau terlalu usik hening ku
sedang lantang piring pecah
di jiwa mu kau selimuti
moncong mugholadzoh yang ber liur
di pantat-pantat penari ular.
kenapaseragam dan sorban hanya melayang kala kebenaran terungkap
atau kah hanya identitas diri mengais nasi basi,
keji ich...
haruskah ku sodomi moncong di pantat ular tanpa kemaluanku?
saat nurani ku terkunci di lemari besi ku haraf kau berhati-hati
dan segera pergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar